Catatan - catatan terakhir


Aku teringat, dulu sekali, dan..pun kembali saat ini, kita semua pernah sepakat, pendidikan kita tak boleh dan tak akan pernah hanya menjadi rangkaian rutinitas yang tak syarat arti. Pendidikan kita tak boleh dan tak akan pernah hanya menjadi retorika yang memuakan. Pendidikan kita harus menjadi momen untuk kita berbenah, menjadi saat untuk kita introspeksi diri.

Sebelum kita membantu untuk membuka pintu kesempatan bagi lebih banyak jiwa muda ini menjadi ASTACALA dan mengenalkan tentang hakekatnya, pada saat itulah selambat - lambatnya kita membuka pintu kesempatan untuk masing - masing diri ini, "sudahkah kita menjadi benar - benar seorang ASTACALA ?"

Sebelum kita berbagi pengetahuan dengan jiwa - jiwa yang membakar semangat ini tentang misteri tanpa batas alam, pada saat itulah saat yang tepat untuk kita bertanya - tanya pada diri ini, "Sudahkah kita cukup berendah hati untuk berkawan dengan alam ?"


Kawan, berhentilah berbicara tentang sesuatu yang absurd. Kemarilah, hiruplah secangkir kopi hangat yang ini bersamaku. coba kita dengarkan sesaat bunyi sayup suara malam kerimbunan hutan ini, mungkin diantara bisikan nya, ada suara hati yang bisa kita dengar. Tentang cerita yang tak ingin kau dan aku katakan dalam lisan. Taukah kau, betapa muaknya aku dengan semua retorika rutinitas ini ? yang membuat kita tak mampu berbicara lagi satu sama lain dengan bahasa hati.

Sahabat, duduklah disini bersamaku, didepan perapian ini yang tadi kita buat ditengah menggigilnya tubuh kita diterjang badai tadi. Mari, kita nikmati hangat yang akan segera berakhir ini. karena, sebentar lagi cakrawala segera menjemput kegelapan pekat malam dan menggantikannya dengan hangat mentari pagi.

Dan saudaraku, percayalah padaku, karena saat ini puncak dinginnya malam telah datang, yang menandakan sebentar lagi langit malam ini akan pergi. Mari kita nikmati kebersamaan untuk merenungi misteri hidup, karena tentu adalah suatu kepastian, jiwa kita tak akan selamanya miliki kesempatan.

Catatan terakhir sebelum aku beranjak, untuk ASTACALA.

Bandung, Desember 2008
-Enam Dua-