02.09 pagi di jam kompi ku..mata tak juga mau terpejam. entah karena menunggu hingga tetes terakhir teh hangat di gelas ini habis, entah karena kurasakan jet lag tiba di negri parahyangan ini lagi setelah hampir 3 minggu di tanah kelahiranku. Negri kabut asap, hanya itu yang bisa kuucapkan dalam hati ketika pesawat yang kutumpangi akan lending. Hujan dan berkabut, padahal saat itu masih begitu pagi. Kuyakin sang mentari masih tersenyum di atas sana.
Saat ini aku menulis, dalam arti sebenarnya. Tanpa rangkaian kata - kata yang biasanya telah bersemayam lama dalam benakku. Entahlah saat ini begitu buntu. Kembali ke tempat ini lagi, kurasakan lagi rasa yang telah lama kukenal : letih, muak, dan sedih. ingin rasanya ku cepat melangkahkan kakiku dari tanah ini. Walau kusadari esok nya ku akan rasakan sejumlah rasa rindu dan setetes kesedihan lagi ketika mengingat nya lagi.
Seperti dulu ketika aku di tanah tempat begitu banyak orang masih berjalan di pematang sawahnya. Kusadari kecenderunganku yang ternyata ada sejak lama, bahwa begiku belum ada rumah. Kurasakan bahwa tempatku saat ini hanya begitu sementara, sesaat karena aku masih berlari mengejar apa yang belum kudapatkan. Itulah sebabnya ku tepis semua rasa memiliki atas apapun tentang tempat ini. Semua. Entah dimana rumah itu. seperti apa bentuknya. Bagaimana rasa berada didalamnya. Aku tak punya rumah. yang ada hanyalah tempat berteduh dimana orang - orang yang kusayangi -yang masih tersisa- berkumpul untuk mencoba membuat suasana menjadi lebih hangat. Tak ada rumah. Aku akan pergi sebentar lagi. Entah kemana yang pasti aku sedang berlari bersama mimpi ku menemui masa depan. Aku lelah dan sendiri.
Beberapa saat yang lalu dalam kesendirianku kesadari ada yang berubah. Tanpa terasa aku telah menjadi diam. Entah mengapa kuputuskan untuk sibuk dengan kata dalam benakku yang makin lama semakin ramai mengucapkan begitu banyak kalimat, kadan beraturan, kadang tidak berhubungan. Semua nya melintas dan berebut untuk mencuri perhatianku. Pernahkah kamu rasakan begitu indah berbicara dengan diri sendiri? Aku telah menemui nya, saat ini, disini, sekarang. Kadang tak bisa kukendalikan fisik ku sehingga pembicaraan dengan diriku ini terucap dengan lidahku atau tangan yang tak sabar untuk ikut berbicara.
Mungkin ini tanda - tanda kegilaan. Entahlah. Sudah sejak bertahun - tahun lalu aku tak takut untuk menjadi gila. Dulu, kahlil Gibran pernah katakan mungkin saja orang gila adalah yang paling waras dan hidup diantara banyak orang gila lain. Aku melankolik yang menikmati rasa sedih ku sendiri. Aku terbang menuju nirwana anganku tentang keheningan. Aku disini, saat ini, di dalam keheningan yang kuciptakan untuk ku nikmati.
0Awesome Comments!