Belajar dari Bangsa Swedia dan Jerman


Berikut salah satutulisan yang saya buat saat berdiskusi di sebuah milist tentang 2 pendekatanyang ditawarkan oleh peneliti-peneliti saat ini untuk mengatasi keterbatasanketersedian spektrum yang menjadi masalah dalam dunia wireless dantelekomunikasi.


Topikberkembang menjadi diskusi tentang bagaimana negara – negara eropa bisa menjadimaju, dan mencoba menganalisa 2 bangsa berbeda, yaitu Jerman dan Swedia, karenakebetulan approach yang ditawarkan memang berasal dari 2 penelitian yangberbeda juga, salah satunya dari seorang peneliti Jerman yang saat ini mengajardi Inggris, dan lain nya dari seorang peneliti Amerika yang sedang belajar diSwedia saat memunculkan ide penelitiannya.

Tulisandibawah lebih kurang nya diwarnai dengan generalisasi, yang saya lakukan bukanuntuk men-judge setiap pribadi di suatu bangsa, karena tentu selalu adapengecualian, juga tidak untuk menyampaikan suatu bangsa lebih baik atau lebihburuk dari yang lain. Tentu, selalu ada kekurangan dan kelebihan, dan tulisanini hanya untuk memudahkan menarik benang merah dan juga mencoba mengambilsedikit ibrah atau pelajaran dari karakter kedua bangsa yang berbeda ini,bagaimana kita bisa mengendalikan kekurangan dan kelebihan kita, sehinggakitapun bisa menjadi bangsa yang maju. Mohon dikritisi kalau ada yang kurangberkenan. Selamat membaca.

--
From: Adek Aidi <lailiaidi.mailist@gmail.com>
Date: 20 augusti 2011 00.04.34CEST
Subject: Re:[OOT] Forget WiFi, Connect to the Internet Through Lightbulbs
Salahsatu approach which come out to solve scarce and limited radio waves spectrum,ide dari profesor di Edinburg (actually, he is a german scientist).

Idehangat lain yang sudah dan sedang booming untuk menyikapi masalah iniadalah cognitive radioapproach, which surprised me, is an idea that came out from a phdstudent at KTH.

Let's-not just- wait what the future would bring.

ForgetWiFi, Connect to the Internet Through Lightbulbs
Whetheryou’re using wireless internet in a coffee shop, stealing it from the guy nextdoor, or competing for bandwidth at a conference, you’ve probably gottenfrustrated at the slow speeds you face when more than one device is tapped intothe network. As more and more people—and their many devices—access wirelessinternet, clogged airwaves are going to make it increasingly difficult to latchonto a reliable signal.
Butradio waves are just one part of the spectrum that can carry our data. What ifwe could use other waves to surf the internet?

OneGerman physicist, Harald Haas, has come up with a solution he calls “datathrough illumination”—taking the fiber out of fiber optics by sending datathrough an LED lightbulb that varies in intensity faster than the human eye canfollow. It’s the same idea behind infrared remote controls, but far morepowerful.
Haassays his invention, which he calls D-Light, can produce data rates faster than10 megabits per second, which is speedier than your average broadbandconnection. He envisions a future where data for laptops, smartphones, andtablets is transmitted through the light in a room. And security would be asnap—if you can’t see the light, you can’t access the data.

Youcan imagine all kinds of uses for this technology, from public internet accessthrough street lamps to auto-piloted cars that communicate through theirheadlights. And more data coming through the visible spectrum could helpalleviate concerns that the electromagnetic waves that come with WiFi couldadversely affect your health. Talk about the bright side.

BestRegards,
AdekAidi
CommunicationSystems - School of ICT KTH
InformaticsEngineering - Telkom Institute of Technology
--

From: I Putu Pratama
Date: 20 augusti 2011 10.12.30CEST
Subject: Re:[OOT] Forget WiFi, Connect to the Internet Through Lightbulbs

Makasiinfonya.

Jermanmemang ga ada matinya untuk inovasi dari sejak jaman PD. Hm, makek fiberyah?
Btwapakah ada dampak dgn kesehatan juga? Yg saya pernah baca, untuk wifigelombangnya (konon) berpengaruh thd kesehatan.

--
From: Adek Aidi
Date: 20 augusti 2011 18.55.03CEST
Subject: [OOT]Forget WiFi, Connect to the Internet Through Lightbulbs

Dear rekan, 

Jermandan jepang adalah negara dengan peringkat paten top 3 besar, alias patenterbanyak didunia. And guess who is the other one? USA.

Jermandan jepang tau betul bagaimana memajukan negara nya paska perang dunia dengansecepat-cepat, tanpa bergantung pada hasil alam, kenapa?  Karena paskaperang dunia dunia, mereka dilarang mengembangkan industri berbasis hasil alamitu, terutama yang bertipe logam. Dan mereka memilih jalan yang tepat, pendidikan.Dan mereka memetik hasilnya berpuluh tahun kemudian. Mereka sadar betul,pendidikan adalah investasi, you cannot see the result instantly! 

Salahsatu contoh lain juga saya lihat betul juga di negara - negara skandinavia,dimana mereka juga menggratiskan pendidikan untuk semua jenjang, dan memangnegara nya berkorban banyak untuk itu, tapi lihatlah sekarang, dari negaratermiskin di eropa, mereka menjadi negara dengan GDP terbesar di eropa bahkan dunia,dan selalu diperingkat atas untuk negara dengan rakyat yang punya quality oflife tertinggi di dunia, bahkan mendapat predikat sebagai "thehappiest place to life on earth". Rahasianya? Karena mereka meletakanpendidikan sebagai nomor 1. 

Sedikitcerita apa yang ada dipikiran saya tentang kedua bangsa yang berbeda ras ini,ras aria, dan ras viking, ketika saya hidup di sana dan sedikit menganalisa danmembandingkan bagaimana cara mereka sehingga menjadi bangsa maju.

Salahsatu perbedaan mencolok orang jerman dengan skandinavia, terutama swediaadalah, orang jerman hidup dengan spirit: "work hard, because you haveto be number one", Klo orang skandinavia hidup dengan spirit: "workand give the best, and enjoy your life". Orang skandinavia, berhentibekerja ketika sudah saatnya berhenti bekerja, orang jeman ga akan berhentibekerja klo belum puas, mirip seperti orang jepang, "life is to workhard", sedangkan orang skandinavia "life is to be enjoyed",sehingga wajar klo kita melihat banyak orang lembur di jerman, tidak halnya diskandinavia (jam 4 sudah tidak sopan untuk menelpon membicarakanbisnis). Klo saja orang - orang skandinavia tidak terlalu menjunjungprinsip "lagom" atau hidup biasa saja dan tidak mau mencolok, dan maupunya anak sedikit lebih banyak (jumlah penduduknya sangat sedikit), mungkinmereka bisa mengalahkan jerman. 

Salahsatu bukti, orang skandinavia bekerja keras sepanjang winter, dan berhentibekerja ketika summer (mereka bisa libur 3 bulan dalam setahun), karena memangmusim dingin sangat keras di utara, sehingga orang-orang benar2 ingin menikmatimatahari ketika summer. Jadi bisa dikatakan, klo ingin menguasai skandinavia,seranglah ketika summer, karena skandinavia itu lumpuh total ketika summer,bagaimana tidak kantor - kantor, baik pemerintah dan swasta kosong melompongketika summer! Sedangkan orang jerman, bekerja keras ketika winter, dan tidakberhenti ketika summer, seluruh eropa sudah libur, mereka masih bekerja, bahkanlembur pulak. Mereka libur sangat sedikit, dibandingkan orang skandinavia

Hallain yang mencolok menurut saya adalah sikap terhadap minuman keras. Diskandinavia, terutama swedia, pemerintah melarang penjualan minuman kerassecara bebas, klo mau beli minuman keras harus di satu-satunya toko yang sudahditentukan pemerintah, namanya systembolagget. Dan toko itu hanya buka sepertijam kantor, 9 to 5, dan tutup ketika weekend, dan untuk membeli produk minumankeras apapun di toko itu, harus menunjukan bukti bahwa anda sudah 17 tahunkeatas, dan distribusi nya dikontrol sangat ketat oleh pemerintah dengan pajakyang selangit.

Mengapamereka memberlakukan ini, cukup aneh menurut saya pada awalnya saat saya datangke negara dingin ini, karena skandinavia adalah negara dengan iklim ekstrem,jauh lebih ekstrem dibanding di eropa daratan. Sebagai gambaran untummembayangkan perbandingan winter dikedua negara ini, kawan indonesia saya diswedia, hanya pakai kaos oblong keluar rumah belanja ke super market,ditengah-tengah winter terdingin di belanda saat mengunjungi istrinya. Swediatermasuk dalam belt Vodka, yang notabeda rakyatnya secara intuisi dan budaya,pasti suka minum minuman keras yang sangat keras untuk mengatasi dingin. Tapiternyata tidak, rakyat swedia berubah sejak setengah abad lalu, ketika merekamemutuskan untuk bangkit dari kemiskinan. Pemimpin negaranya tau pasti, untukdapat maju, rakyat tidak boleh terlalu banyak minum - minuman keras, terutamaanak - anak, sehingga dibuatlah aturan itu, yang pada awalnya ditertawakan olehnegara2 tetangga, tapi lihatlah sekarang? mereka menuai hasil, dan denganperpaduan filosofi "lagom", atau klo mabok jangan sampai mabokbanget, atau mabok yang di kendalikan, merekapun bisa cepat menjadi bangsamaju. 

Sedangkandi jerman, saya melihat cukup banyak orang "nyekek botol", karenamemang peredaran minuman keras di jerman tidak ketat seperti di skandinavia,dan harganya jauh lebih murah sekali. Juga banyak gelandangan - gelandangan(bule / orang jerman), yang tidak mau bekerja dan menunggu subsidi pemerintahuntuk lalu dipakai beli minuman keras. Fenomena ini menjadi gangguan utama di jermanakhir-akhir ini. Di skandinavia, tidak mungkin kita melihat ada bule / orangskandinavia yang menjadi gelandangan, gelandangan umumnya hanya imigranberwajah timur tengah. Dan tidak mungkin melihat orang mabuk sambil"nyekek botol" disiang hari bolong di jalanan skandinavia. Dari sana,saya berkesimpulan, hanya dengan spirit bekerja keras yag masih dipegangsebagaian besar bangsa jerman dan jumlah rakyat yang cukup banyak (merekanegara terbesar di eropa), yang membuat jerman masih bisa melangkah maju.Lihatlah bagaimana spanyol atau italy atau Yunani? dinegara-negara itu minumankeras bahkan lebih murah lagi, sayangnya mayoritas mereka tidak punya spiritkerja keras seperti orang jerman (tidak semua tentunya), sehingga tidak adayang menyeimbangkan, jadi wajar klo negara - negara itu saat ini terlilithutang, klo di eropa kami menyebutnya "pigs belt", alias"portugal, italy, greece, spain belt".

Semogakita anak- anak muda Indonesia, bisa belajar dari semua itu, bahwa bangsa eropapun tidak semua nya maju, mereka pun tidak luput dari sifat - sifat pemalas,dsb, bahwa dibalik kekurangan dan kelebihan karakter bangsa kita, klo kita bisamengendalikan, kita pasti menjadi bangsa maju, tidak ubahnya seperti bangsa -bangsa maju di eropa sana. Untuk itu bangsa ini perlu pemimpin - pemimpin yangkuat karakternya, bukan yang pinter jaga image saja, yang bisa meyakinkanbangsanya, untuk bisa maju memang tidak bisa kita melihat hasilnya secarainstan, tapi dengan kerja keras yang konsisten dan determinasi, kelak semuaakan terbayar tunai, insyallah.

Salamdari utara.


BestRegards,
AdekAidi
CommunicationSystems - School of ICT KTH
InformaticsEngineering - Telkom Institute of Technolog