Kabut Di Kaki Langit Ini


Danau kecil ku menyambut kabut di kaki langit ini
Pelan tapi pasti merambat dengan tenang
Fajar telah menyingsing
Seperti biasa, ia memberi pertanda Bahwa waktu meninggalkan ku tanpa diminta

Ku Berdiri menatap kabut di kaki langit ini
Coba abadikan segenap rasa yang tampak
Hanya sebatas yang mampu kutangkap

Ah, begitu indah nya bumi Mu
Sayang kuhanya hidup sekejab
Pun lebih sedikit lagi untuk saat ini
Bisakah kucumbui lagi dirimu esok hari atau lusa?

Mengalir tenang air
Di kaki puncak ibu mu, Tangkuban Perahu
Dan gigiran nya yang berdiri berkeliling
Seakan melindungi dari mu dari keangkuhan tangan jahat

Kabut di kaki langitku..
Situ lembang tenang angkuh, tak tergoyah
Menyambut datangnya kabut fajar
Yang datang diam tanpa diminta

Al - Kahfi
17 April 2006 14:32




Jadilah saja dirimu, sebaik-baik dari dirimu sendiri


Kalau engkau tak mampu menjadi beringin yang tegak di puncak bukit,
Jadilah saja belukar
Tetapi belukar terbaik yang tumbuh di tepi danau

Kalau engkau tak sanggup menjadi belukar,
Jadilah saja rumput,
tetapi rumput yang memperkuat tanggul pinggiran jalan..

Kalau engkau tak mampu menjadi jalan raya,
jadilah saja jalan kecil,
tetapi jalan setapak yang membawa orang ke mata air...

Tidak semua menjadi kapten,
tentu harus ada awak kapalnya....

Bukan besar kecilnya yang menjadikan tinggi rendahnilai dirimu
Jadilah saja dirimu, sebaik-baik dari dirimu sendiri 

Taufik Ismail - Kerendahan Hati

Aku


Tak mau ku terperangkap kenangan masa lalu yang menghimpit ingatan ku. Masa ini cepat berlalu, meninggalkan sejuta kenangan. Pahit manis asin tawar. Kamu berlari mengejar masa depan, sesuatu yang tak bisa ku perlihatkan padamu apalagi untuk ditawarkan. Menantang rasa sedih atau luka yang menunggu. Baru kusadari ia begitu berharga. Apa arti semua yang ku ingat? Karena hingga saat ini, semua masih dipenuhi bayang mu.

Aku hilang.
Dan kesunyian menjadi suatu hadiah indah yang masih diberikan untuk menemani. Diantara sejumlah kehampaan yang harus ku kecap. Ah, seharusnya tak kubiarkan ada sedikit rasa untuk mu. Waktu itu cepat berlalu, tak terasa ia mampu hanyutkan. Tapi ku pernah percaya ia pun menyembuhkan luka. Menunggu saat itu datang, entah kapan. Menunggu ketika waktu menjadi penawar pedih.

Atau ketika ia kembalikan semua ke titik awal. Ketika semua rasa tak mampu untuk dirasakan. Atau ketika semua suara tak bisa untuk didengar. Atau ketika semua cahaya tak kuasa untuk ku lihat. Ku pernah janjikan untuk menunggu mu ketika saat itu datang. Entah apa yang terjadi di depan sana. karena segala sesuatu akan terjadi jika ia memang harus terjadi. Pun dengan apa yang pernah kurasakan tentang kamu.

Mungkin dengan membenciku, kamu dapat membuang semua ini. Tapi, aku masih disini. Tak mampu untuk berdiri apalagi berjalan di jalan ku. Sementara dunia berlari meninggalkan. jauh.

Bandung, april 2006

Mungkinkah waktu yang membuktikan kawan


Mungkinkah waktu yang membuktikan kawan
ASTACALA atau bukan jiwamu?
Mungkin memang waktulah yang akan membuktikan nya

Ketika pengorbanan demi pengorbanan tak terkatakan oleh kata - kata para pujangga sekalipun
Ketika kesukaran demi kesukaran tak terbayangkan ada dihadapan
Ketika beratnya beban tanggung jawab dilemparkan ke atas pundak yang letih

Mungkinkah waktu yang membuktikan kawan
ASTACALA atau bukan hatimu?
Mungkin memang waktulah yang mampu membuktikannya

Saat hujan serta gemuruh angin itu kau dengarkan
Kita berjalan beriring, pelan tapi pasti
Kau tanyakan padaku "masih adakah air kawan?"
Walau tubuh kita yang letih ini telah lemah
Menjadi tabu bagi kita untuk bertanya "Masih jauhkan perjalanan ini ?"
Canda tawa mu itu tetap temani kita

Mungkinkah waktu yang membuktikan kawan
ASTACALA atau bukan dirimu?
Mungkin memang waktulah yang bisa membuktikan nya

Karena ku tau pasti bahwa persaudaraan itu ada maknanya
Bukan hanya menjadi kata yang absurd
Karena ku tau pasti bahwa masa di depan mungkin akan lebih berat
Bukan selalu seperti saat yang lalu ketika cercaan atau makian menghiasi perjuangan kita
Karena ku tau pasti bahwa konsistensi itu ada harganya
Bukan hanya menjadi slogan tai ayam yang hangat tapi menjadi dingin dalam sekejab

Mungkinkah waktu yang membuktikan kawan
ASTACALA atau bukan sikapmu?
Mungkin memang waktulah yang dapat membuktikan nya

Bukan kata - kata tanpa makna
Pun bukan Pendidikan Dasar ASTACALA
Atau Sidang Anggota Muda mu
Atau Nomor Anggota di lengan baju hitam gagahmu itu

Selama nya..Hanya waktu yang membuktikan kawan
ASTACALA atau bukan merahnya slayer mu
Dan memang waktulah yang dengan pasti membuktikannya

Kawan.. Ditengah mahalnya biaya kuliah kita
dan sulitnya tugas kuliah atau praktikum itu
masih sempat diri kita untuk sekedar ngobrol di saung
sambil terkadang ditemani hangatnya kopi susu
atau terkantuk - kantuk dengan mata merah
masih mencoba kita berdebat dalam panasnya rapat

Tulisan ini kuberikan untuk kita
Tetap jaga semangatmu
karena jiwa,hati dan diri kita adalah ASTACALA

Bandung, 6 maret 2006 23.08
Sekretariat ASTACALA ku
Aidi

fatamorgana


Ketika dunia luar begitu ramai
tapi kenapa aku merasa sunyi itu mempesona?
Seakan perlahan ia menghampiri ku
Jelas terasa setangkup rindu wajahmu
Kadang tersentak ku sadari
bahwa aku lupa bagaimana raut senyum mu
yang tersisa hanya rasa bahwa ia begitu mendamaikan hati ku
Tidak menentu, bagaimana ku pahami ini

Pernah ku resapi desiran rumput yang di goda angin
Juga begitu menawannya keheningan puncak diatas sana
Pun aku terpana dengan damainya hamparan bumi
Tapi apa arti itu semua bagimu?

Ingin dapat saja aku lupakan saja kenangan aneh ini
Berlari sejauh kaki mampu membawa jiwaku
Rasakan candu aura mu dalam setiap hembusan nafasku
Membuat ku berharap bahwa ku mampu berteriak


Mungkin kau akan dengar bahwa aku masih mengingatmu
Tak bisakah kau melihat ku?
Atau pahami sedikit kekacauan dalam benak ini?
Atau bagaimana aku berlutut di jalan panjangku?
Menyaksikan dunia berlari cepat
Meninggalkan ku, terpana

Sendiri.
Sunyi.
Redup.
Jauh.
Letih.
Muak.
Dingin.
Mimpi.

Ini fatamorgana saja kah?
Atau mimpi burukku di waktu malam datangnya badai
Sebentar lagi raga ku akan bangun
Jiwaku mungkin akan ikut, entahlah

Dan hatiku dalam genggaman mu
Bagaimanakah kabarnya?
Kenapa ia tetap memanggil jiwa letih ku?
Jaga saja dirimu.
Agar kau bisa jaga hati ku yang terlanjur kau bawa

Memories place, March 2006
Aidi