My Dead Game


Gak tau kenapa, beberapa hari belakangan ini aku rindu main tenis lagi. Sungguh mengherankan bagiku, karena hari - hari ku dikampus ini pasti tak pernah kulalui tanpa melewati lapangan tenis kampus ini. Tapi hanya secuil dari waktu itu yang dilanjutkan dengan aktivitas tenis.

Begini ceritanya..menginjak SMP kelas 2, waktu itu minggu siang dan aku sedang bercengkrama dengan guru olah raga dan kawan - kawan sesama aktivis pramuka. Di tengah percakapan itu, guruku ini menawarkan pada kami untuk ikut latihan tenis lapangan bersama beliau. Saat itu, tanggapan dari kawan - kawan ku tak terlalu hangat kecuali aku dan “kawanku ini”. Kebetulan orang tua “kawanku ini” adalah kawan orang tuaku juga, jadi kami memang berteman akrab malah satu geng bermain di sekolah...heheheh

Sesampainya di rumah, aku meminta dibelikan raket tenis pada Bunda. Lalu beliau mengusulkan bagaimana jika aku memakai raket milik nya dulu saja, jika sudah serius baru beli raket baru. "Bener nih?...klo gitu ok deh.", begitulah jawabku dan esok sorenya aku sudah bersama “kawanku ini” bermain tenis di lapangan sebuah kantor di dekat komplek rumahku.

Waktu itu kami punya 2 pelatih yang membimbing sekitar 5-7 orang murid. Kami berlatih 3 kali dalam seminggu : Senin & Kamis jam 3 - 6 sore dan Minggu jam 7 pagi. Saat itu aku begitu senang dengan hobi baruku ini, dan perlahan - lahan mulai muncul mimpi untuk suatu saat menjadi atlit tenis juga...hahahah. Tak lama setelah itu, aku melapor pada Bunda bahwa aku memutuskan untuk menjadi atlit tenis dan saat ini aku menagih janjinya untuk membelikan ku raket baru. Saat itu beliau tertawa, namun ku katakan juga bahwa pegangan raket lama ku terlalu besar sehingga tak nyaman untuk dipakai. Logika ini diterimanya dan esoknya aku membeli raket baru yang tak terlalu mahal ditemani oleh salah satu pelatihku.

Ku ingat juga, diantara latihan - latihan itu tak jarang orang tua sahabatku ini datang berkunjung melihat anaknya berlatih tenis dan terkadang terlibat sesi ngobrol santai dengan pelatihku. Berbeda dengan ku yang jangankan orang tuanya datang berkunjung malah mungkin tak ingat kalau anaknya sekarang punya hobi baru..karena memang beliau begitu sibuk nya, hingga lebih baik aku tidak merecokinya dengan urusan tak penting. Bagiku asalkan keluargaku masih normal maka tak ada yang perlu dipermasalahkan.

Namun..lama kelamaan fakta ini cukup mengganggu ku juga, karena mulai kurasakan ke 2 pelatihku ini mulai memberikan perhatian yang terlalu banyak kepada sahabatku, terutama jika orang tuanya datang berkunjung. "Hah...akhirnya kejadian juga apa yang kukhawatirkan.", pikirku. Ya, aku sungguh muak melihat kemunafikan manusia semacam ini. Dan saat itu, ketika aku sedang dalam puncak semangat meniti target baruku, dan mengapa harus menemui hal ini lagi? Bagi seorang atlit, adalah tidak mudah untuk berkonsentrasi ketika menemui masalah semacam ini, apalagi menyangkut kepercayaan kredibilitas pada pelatih. Hingga suatu sore, aku menangis - nangis pada Bunda untuk dicarikan pelatih baru yang tidak pilih kasih, tekniknya tak kalah dari pelatih lamaku yang sudah tua, jadwal latihan yang lebih banyak (aku minta lebih dari 4 kali seminggu !!!), dsb...dsb...Akhirnya ditengah kericuhan itu beliau menelpon teman lama nya dan menanyakan apakah ada info pelatih tenis. Dan disinilah lembaran baru dimulai, aku berpisah dari sahabatku “kawanku ini” dan memulai sesi latihan tenis ku sendiri bersama pelatih baru. Pelatihku in ku panggil dengan "Om Budi"!!!!

Om Budi..apa yang harus kuceritakan tentang dia? oh ya, dia masih muda mungkin sekitar 25 tahun, berkulit sawo dan badan yang bagus. Salah satu yang membuatku kagum ialah fakta bahwa ia adalah mantan kacung sewaktu kecilnya (yang ngumpulin bola ketika orang - orang sedang bermain tenis),ikut kursus pelatih tenis dengan usaha sendiri, dan terakhir : pernah punya pacar cewek Jerman dan pernah ke Jerman. Nah, ini terjadi karena ia pernah menjadi guide turis di kota kami (Bukittinggi kota wisata lho, dan begitu banyak dikunjungi turis asing datang berlibur). Jadilah diantara saat istirahat latihan itu, ia bercerita tentang pacarnya itu dan bagaimana asyiknya di jerman serta penggalan - penggalan surat cinta meraka !!! hua ha ha haTerpikir oleh ku klo “kawanku ini” tentu tak akan pernah mendapat kesempatan ini bersama pelatih lama kami yang sudah bapak - bapak....

aku memulai latihan dengan pelatih baru, lapangan tenis baru dan jadwal yang baru. Dengan Om Budi aku berlatih hari Senin, Rabu, Sabtu jam 3-6 sore dan Minggu jam 7-11 siang...puassssss. Kami berlatih dilapangan kabel..bukan apa -apa, hanya nama sebutan ku karena kami menumpang dilapangan milik PT. Telkom yang dijadikan tempat meletakan gelondongan kabel2 telpon. Saat berlatih ini kami akan kesulitan mencari bola tenis yang berterbangan kesana kemari. Oh ya, kami berlatih pukulan dengan 1 karung bola, berbeda dengan pelatih ku yang dulu yang hanya punya paling banyak 10 bola !! Selain itu, model pegangan raket ku juga diubah oleh Om Budi yang menurut beliau akan lebih menghasilkan pukulan spin yang membuat bola berputar dan menimbulkan efek belok....wuih keren dah. Singkat kata, aku senang dengan pelatih baru ku ini, selain karena cara melatihnya yang terurut juga karena perhatiannya pada perkembangan teknik ku sangat banyak.

Kita - kira 5 Bulan sejak itu, aku mengikuti lomba Kelompok Umur (KU) di padang, seingatku waktu itu aku masuk kelompok 14 tahun. Sehari sebelum lomba, aku membeli raket baru yang lebih ringan dan mahal. Dan esoknya aku kalah telak dari lawan ku dengan hasil..9-0, .siaaaalll. Bukan apa - apa, selain karena lawan ku atlit porda juga raket yang lebh ringan dan tak sempat kukenal ini membuat bola ku melayang - layang ke negri ke awan...

Aku menangis keluar lapangan pertandingan itu, lalu Om Budi menemaniku duduk termenung di pelataran Mall Minang Plaza yang memang baru buka. Seakan kesialan tak juga berakhir....belum lama duduk disana, kami lalu diusir satpam karena dainggapnya mengganggu lalu lintas pengunjung....hhuuwaaaaaaaaaaaa