Someday I'll be Saturday night


Hemmm....ya hemmm...
kucoba untuk menghela nafas panjang, entah untuk apa. Mungkin mencoba mengumpulkan sisa energi di udara untuk lalu membuang semua sampahnya. Mungkin mencoba memberi sedikit kelapangan bagi rongga dadaku yang makin sempit dengan sejuta pertanyaan tak terjawab. Di hari yang lalu kubaca pesan mu, mungkin pesan yang kau kira tak akan kubaca. Tapi entah mengapa aku pun membacanya, hanya beberapa kalimat singkat yang berisi arti yang sudah kutau apa maknanya.

yap.. u said, that u hate someone who loves u and u gonna kill me some day. Becouse i keep sending u message till dawn and bothering you.


Mungkin kamu lupa, tapi pernah kukatakan padamu bahwa suatu hari kamu akan membeci ku, bukan hanya membenci ku saja, tapi benar - benar membenci ku. Saat itu kamu hanya berkomentar "ngomong apa kamu?". Tapi lalu kukatakan itu beberapa kali lagi hingga akhirnya kamu katakan bahwa kamu tak suka jika aku katakan hal ini lagi. Akhirnya selesai sudah, tak pernah kukatakan hal ini lagi padamu. Tapi aku tau inilah yang akan terjadi, sejak saat itu cepat atau lambat. Dan..here we are, hate each other...oh, bukan aku tidak membencimu, setidak nya belum.

Entah mengapa, kupikir itu hanya menjadi hal yang bodoh saja. Karena dengan penuh kesadaran kubiarkan engkau masuk dalam hati dan hidupku selama beberapa satuan waktu, maka begitu pula aku akan membuatmu pergi, dengan penuh kesadaran juga. Dan kesadaranku saat ini belum juga mengatakan padaku untuk melakukan itu, mungkin karena ia ingin aku merasakan penyesalan dan sakit yang tak terkatakan dulu karena ku telah membuang waktu dan hidupku bermain - main dengan dengan mu atas hatiku.

Aku ingat ketika kita pertama kali bertemu. Saat itu kamu sedang makan bersama kawan - kawan mu. Dan aku datang bersama 3 orang kawan mencoba mengisi perut yang kosong semenjak siang tadi. Entah bagaimana, saat itu selimut kesedihan merangkul ku. Mungkin karena perpisahan dengan papa yang tak ku serahkan pada tangis berurai air mata, atau karena kisah yang kutinggal kan jauh dibelakang tentang dia yang pernah mengisi hati dan hidupku. Ya, saat itu kuputuskan untuk memulai hidup baru dan melupakan apa yang seharusnya kutinggalkan. Tapi seperti yang sudah kukatakan, selimut kesedihan dalam sekejab merangkulku dan menghangatkan jiwaku yang gelisah dan mencoba menyambut mimpi masa depan yang segera datang.

Dan kamu memberiku senyum yang sangat ceria. Malam itu, sinar wajahmu melebihi sinar lampu di ruang terbuka ini. Aku berkenalan dengan beberapa orang lagi malam itu dan tak ada yang istimewa. Aku begitu murung dan kuputuskan untuk menampilkan wajah datar saja. Tanpa emosi, aku tak ingin dunia membaca walaupun sedikit saja pikiranku apalagi isi hatiku.

Lalu semua nya terusik ketika aku menerima pesan singkat. Mulanya aku tak bisa menebak dari siapa gerangan pesan ini. Terus terang, saat itu aku masih gagu menggunakan alat komunikasi HP karena sebelumnya aku tak pernah diijinkan untuk menggunakan nya, pun aku tak tertarik. Tapi sekarang, aku jauh dari keluarga dan papa memutuskan aku harus memiliki alat komunikasi hingga aku dapat menghubungi nya setiap saat. Jadi kuterima juga berkah itu, dan saat ini aku sedang membaca semua pesan yang ku tak tau dari siapa. Isinya hanya lelucon, tapi ada pesan singkat lain yang ada didalamnya, bahwa pengirimnya ingin mengenaliku. Ya, kamu kirimkan pesan itu padaku sesat setelah kita berkenalan. Aku tau ini waktu kamu dengan wajah tak berdosa tertawa penuh padaku mengatakan pesan itu memang dari mu. Dalam hati aku mendesah gelisah dan jelas merasakan bahwa ini yang akan menjadi awal dari segalanya.

Jadi kumulailah permainan ini. Melewati hari dengan mu, dan pesan - pesan berisi kata yang absurd : honey...baby, babe, say..i love you, i care about you, dsb dsb dsb..Lalu aku tergila - gila dengan mu, begitu juga waktu ku, hati ku, pikiran ku dan mungkin logika ku. Karena aku tetap membiarkan diriku ada dalam buayan kata - kata memabukan yang kita ciptakan, untaian rasa yang tak jelas masa depan nya serta secercah harapan yang tak kita akui keberadaannya..sesuatu yang tak akan mungkin ada atau terjadi, tidak saat ini, esok hari atau lusa nanti.

Lalu suatu hari, tak lama setelah pertengkaran kecil kita kuputuskan inilah saat nya untuk meningggalkan mu dan semua mimpi yang memabukan itu. Sebelum semuanya menjadi terlambat, pikirku. Saat itu aku tau sakit yang menanti di depan dan kepedihan yang tak akan hilang hingga ia memang memutuskan untuk pergi dari sang waktu dan beralih menjadi rasa yang lain. Aku ingat ketika kukatakan ini padamu, dalam percakapan kita yang belum diisi dengan tangis. Lalu aku pergi dan benar aku tak melihat lagi kebelakang saat itu, tidak saat kamu mengantarkan dan membukakan pintu kamarmu untuk ku beranjak pergi. Aku hancur., itu pasti.

Semua seperti yang ku kira, aku hancur tapi tetap menatap masa depan begitu juga kamu, lalu sedikit lebih lama aku menjadi tokoh antagonis yang paling kamu benci, entah bagaimana caranya. Saat ini, disini, di tempat ini, kusaksikan bagaimana aku membuatmu membenci ku. Ya, hingga suatu saat kamu begitu benci hingga ingin membunuhku saja. Memang inginku untuk membuatmu percaya bahwa semua ini menjadi salahku saja. Ku tau dalam setiap perjalanan mu tak pernah kamu dicampakan, kamu dapatkan apa yang kamu inginkan. Tapi denganku faktanya begitu berbeda, aku meninggalkan mu diantara mimpi kita yang memabukan. Dan menyisakan pedih untuk mu selama beberapa saat. Hingga saat dulu, aku meminta pada waktu untuk membuat mu percaya bahwa kesalahan ini menjadi milik ku saja. Dan saat ini begitulah yang terjadi, menjadi fakta yang jelas di mata mu.

u think u gonna kill me some day.
Aku tertawa saat membaca tulisan itu. Bukan karena aneh, tapi belum juga kamu mengerti bahwa sudah lama kuikhlaskan hidupku untuk mu. Seperti ku ikhlaskan hatiku dalam genggaman tangan mu hingga saat ini, setelah sekian tahun ku putuskan untuk kita berpisah saja.

Aku ingat kamu katakan menyimpan semua pesan yang kamu terima, termasuk sejuta pesan dari ku. Katamu untuk jaga - jaga jika ada penyangkalan nanti. Sekali lagi aku tertawa saat mendengar kata - kata itu. Bukan karena aneh, tapi belum juga kamu mengerti bahwa tak mungkin bagiku menyangkal apapun tentang kamu. Seperti penyangkalan langit kepada bumi atau sebaliknya, yang tak akan mungkin terjadi.

Mungkin kamu lupa bahwa aku kolerik. Ya, jiwa ini yang menguasaiku dibandingkan kecenderungan melankolik yang kerap kutampakan di depan sisi sanguin murni mu. Dan kusadari atau tidak, bagian inilah yang kerap kali membuatku berjuang hingga titik penghabisan untuk mewujudkan apa yang ku inginkan, termasuk dengan meniggalkanmu dan membuat mu membenciku. Saat ini mungkin membuatku jatuh dan terpuruk, tapi suatu saat hari akan berganti seperti ketika minggu ini disambut indahnya matahari sabtu yang cerah. Dan kita akan bertemu lagi, seperti yang pernah kukatakan padamu jauh di saat dulu tidak sekali tapi berulang kali. Kata - kata yang tak pernha kamu sukai karena mengisyaratkan perpisahan setelah pertemuan kita : " i'll see you again in the better place and time for us."