Senin - 23 jan 2006, pukul 11 pagi, teriakan "ASTACALA !!!" menggema di lembahan kaki gunung gigiran Tangkuban Perahu. Camp 1 Gunung Hutan. seorang siswa - Prita - terkena golok di telapak tangan. Kondisi tandon jari telunjuk putus dan mengenai sepanjang 4 tandon jari lain. Waktu itu materi Man To Man.
Kondisi yang hujan membuat jalan begitu licin, korban menggunakan golok untuk membantu turun. Ketika terpeleset ia reflek berpegangan pada golok dan langsung merosot ke bawah. Beruntung api saat itu belum kami matikan. Swing team yang stand by saat itu Adek-taka-jabek. Oni dan ayis yang mendampingi pemateri Bolot-Gejor saat itu sudah bersama kami.
Ketika mendengar teriakan "ASTACALA !!!" berkali -kali, sontak aku dan taka langsung berlari ke arah sumber suara. Belum sepernuhnya sadar apa yang terjadi, aku melihat korban berdiri memegangi tangan nya masih menggendong carrier. Gejor yang memang tak kuat melihat darah yang memang mengucur seperti air sempat shock dan limbung. Ia langsung ditangani taka.
Setelah kuperban seadanya, ku bawa ia ke tempat kami. Setelah mengganti baju dengan baju hangat, taka meminta aku dan bolot segera turun untujk evakuasi. Kami tidak bawa carrier, hanya ransel berisi perlengkapan seadanya. Perjalanan ke desa terdekat (Nagrok) kurang dari 2 jam, sepanjang jalan prita kadang menangis, entah karena menahan sakit atau meninggalkan PENDAS atau kedua nya. Saat itu jalan itu, aku sempat menangis juga, mungkin karena melihat jelas semangat nya untuk bertahan.
Seperti dugaan, puskesmas di Cipulus sudah tutup. Beruntung ada mobil lewat, yang langsung saja ku stop. Kami diantar smp Puskesmas Wanayasa. Disana ia sempat diperiksa dokter - beruntung gratis- dan kami dirujuk ke RS Bayu Asih karena luka yang parah. Kondisi prita saat itu sudah lemas, karena jalan yang jauh dan memang kami belum makan siang. Waktu itu pukul 3 lewat, aku hanya mampu membeli roti coklat dan meminta air teh hangat dari penjual mie untuk kuberikan padanya.
Dari wanayasa, kami carter angkot 65rb setelah memohon2 sama sopirnya untuk kurang dari 80rb. (duit yang ada hanya 80rb an). Di RS, prita sempat di jahit dan di ronsen. Dokter jaga memberi merekonendasikan untuk ke spesialis tulang sore ini atau rawat inap dulu karena dikternya tidak ditempat. Kami memutuskan untuk ditangani secepatnya. tagihan RS saat itu tidak mampu kami bayar, hingga aku stand by di YGD sammbil menunggu momesh, Bolot dan prita ke Dokter.
Momesh datang dengan kak Dedi jam 8 malam, dan kami segera menyusul ke klinik. Malam itu juga, Prita dioperasi. Kami menunggu orang tua Prita yang tiba jam 11 malam itu. Setelah ngobrol sebentar, meraka langsung ke jakarta dan kami segera berangkat ke bandung. waktu itu jam 12.30 malam.
AKu teringat, prita masih memikirkan PENDAS dan kawan - kawan yang ditinggalkannya. Waktu ku tanyakan padanya apakah ada pesan untuk kawan - kawan , ia menajawab : "Bilang maaf sama pipin dan vio, prita ga bisa nemenin pendas bareng kalian. trus tetap semangat sampai akhir."
siang ini, aku, bolot serta mbak doni menyusul ke Ujung Aspal, basecamp terakhir GH PENDAS 14. Hanya 12 jam waktu evaluasi, tapi mengajarkan ku banyak hal.
Kesiswaan PDA XIV
0Awesome Comments!